Mark Elliot Zuckerberg atau Mark Zuckerberg adalah anak muda yang fenomenal. Namanya melejit sejak situs jejaring sosial Facebook menjadi salah satu ikon budaya anak muda saat ini. Maklum, sejak diluncurkan pada tahun 2004, situs ini mampu menggaet tujuh juta pengguna dalam waktu kurang dari dua tahun. Berkat kesuksesan itu, para analis memperkirakan harta kekayaan Zuckerberg telah mencapai USUS$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 13,95 triliun. Dia pun jadi orang Amerika Serikat (ASAS) terkaya di bawah usia 25 tahun.
Mark Elliot Zuckerberg lahir pada 14 Mei 1984 di Dobbs Ferry, Westchester County, New York, Amerika Serikat (AS). Dia lahir di lingkungan keluarga Yahudi. Menginjak bangku sekolah menengah atas, dia menunjukkan minat sangat besar terhadap teknologi dan program komputer. Dia, kerap kali, menyibukkan diri dengan mengutak-atik peralatan elektronik atau program komputer. Pada saat itu, dia bersekolah di Exeter High School, New Hampshire. Di bangku sekolah itulah dia pertama kali berkenalan dengan Adam D’Angelo, yang di kemudian hari menjadi Chief of Technical Officer atau salah satu Direktur Facebook.
Zuckerberg dan D’Angelo sering mengerjakan berbagai proyek bersama, termasuk membuat piranti lunak pemutar musik MP3 yang mampu mendeteksi perilaku dan kebiasaan mendengarkan musik penggunanya. Penemuan itu langsung mendapat perhatian dari beberapa perusahaan teknologi. Salah satunya, Synapse, yang ingin membeli software MP3 tersebut. Namun, dua sekawan itu menolak tawaran tersebut.
Zuckerberg terus maju untuk meniti garis nasibnya. Setelah lulus, dia diterima di salah satu universitas bergengsi di AS, Harvard University. Dia merupakan salah satu anggota Class 2004. Seperti setiap mahasiswa Harvard yang punya keunggulan masing-masing, dia mulai membuat program jejaring sosial dari kamar asramanya di kampus. Sebelum membuat Facebook, Zuckerberg telah bereksperimen dengan beberapa proyek. Proyek awalnya adalah Coursematch yang memungkinkan mahasiswa di kelas yang sama bisa melihat daftar teman-teman sekelas.
Proyek berikutnya adalah facemash. com. Ini merupakan situs pemeringkatan foto-foto mahasiswa di Harvard. Para pengunjung bisa memberi stempel “keren” atau “jelek” foto seorang siswa. Namun, situs itu hanya sempat nampang selama empat jam, sebelum akses internetnya diputus oleh petugas administrasi kampus. Mereka menyeret Zuckerberg ke hadapan Badan Administrasi Universitas Harvard, dengan tuduhan mendobrak sistem keamanan komputer kampus, melanggar peraturan privasi di internet, dan melanggar hak cipta.
Namun, hal itu tidak membuat Zuckerberg kapok meneruskan proyek Facebook. Dia hanya butuh waktu dua pekan untuk menulis kode bahasa komputer situs pergaulan anak muda itu. Tak lama setelah diluncurkan pada 4 Februari 2004, sekitar dua pertiga mahasiswa Harvard telah menjadi pengguna Facebook.
Sukses mempopulerkan situs itu di Harvard, Zuckerberg ingin memperluas keanggotaan Facebook ke sekolah lain. Dengan bantuan teman sekamarnya, Dustin Moskovitz dan Chris Hugh, dia berhasil mengembangkan sayap ke Universitas Stanford, Columbia, Yale, Ivy College, dan beberapa sekolah lainnya di wilayah Boston. Dalam waktu singkat, mereka meluncurkan Facebook ke 30 sekolah.
Pada musim panas 2004, Zuckerberg bersama Moskovitz dan beberapa teman lain pindah ke Palo Alto, California. Semula, mereka berencana kembali ke Harvard. Namun, mereka lupa waktu karena keenakan menggarap proyek itu. Merekapun memutuskan meninggalkan kuliah.
Mereka menyewa rumah kecil untuk menjadi kantor. Di Palo Alto, Zuckerberg bertemu Peter Thiel, pendiri Paypal, yang menjadi investor pertama untuk perusahaan patungan itu. Beberapa bulan kemudian, mereka sudah bisa pindah ke kantor yang lebih besar di Universitas Avenue. Zuckerberg menyebut kantor barunya tersebut sebagai “Kampus Urban”.
Namun, pada September 2004, dia tersandung lagi. Divya Narendra, Cameron Winklevoss, dan Tyler Winklevoss, pemilik situs jejaring sosial HarvardConnection menggugat Facebook. Mereka menuding Zuckerberg telah memakai kode program yang sudah disiapkan untuk situs yang kemudian bernama Uconnect itu, secara ilegal.
Setelahlah masuk Universitas Harvard, ketertarikan Mark Elliot Zuckerberg terhadap teknologi informasi dan komputer semakin meningkat. Dia pernah membuat beberapa proyek sebelum meluncurkan situs jejaring sosial, Facebook, awal Februari 2004. Setelah itu, dia bersama beberapa temannya memutuskan hengkang dari kampus untuk memasarkan situs itu ke berbagai universitas, seperti Stanford, Columbia, Yale, dan beberapa sekolah di Boston, Amerika Serikat (AS).
Bisnisnya semakin berkembang, saat mendapatkan suntikan dana segar sebesar US$ 500.000 atau sekitar Rp 4,6 miliar dari Peter Thiel. Alhasil, di akhir 2004, pengguna Facebook telah melampaui angka satu juta. Namun, Zuckerberg masih belum puas. Pada Mei 2005, dia menggandeng mitra baru, yaitu Accel Partners. Accel mengucurkan dana US$ 12,8 juta untuk Facebook.
Zuckerberg memakai sebagaian dana itu untuk membeli domain facebook.com, pada 23 Agustus 2005. Dia membelinya dari Aboutface Corporation senilai US$ 200.000 atau sekitar Rp 1,86 miliar. Setelah itu, dia membenahi situs Facebook agar profil halamannya lebih bersahabat.
Pada 2 September 2005, Zuckerberg membuat gebrakan baru dengan meluncurkan situs Facebook khusus untuk anak-anak sekolah menengah atas. Jejaring komunitas baru ini berkembang cepat. Hanya dalam waktu 15 hari sejak peluncurannya, sebagian besar sekolah di AS sudah menjadi anggota jejaring ini.
Sebulan kemudian, Facebook merambah universitas dan kampus-kampus kecil di AS, Kanada, Inggris, Meksiko, hingga Puerto Riko. Alhasil, pada akhir tahun 2005, jejaring sosial ini telah mencakup sekitar 2.000 kampus dan 25.000 sekolah menengahatas di AS, Kanada, Inggris, Meksiko, Puerto Riko, Australia, Selandia Baru, dan Irlandia.
Seiring membengkaknya jumlah pengguna Facebook, Zuckerberg terus menyempurnakan fitur-fitur Facebook. Pada 27 Februari 2006, dia mulai mengizinkan para mahasiswa yang menjadi pengguna situs ini untuk menambahkan siswa-siswa SMA sebagai temannya. Popularitas Facebook pun kian menjulang.
Sebulan berselang, majalah ekonomi berpengaruh, BusinessWeek, melansir kabar bahwa Zuckerberg tengah bernegosiasi dengan calon pembeli potensial Facebook. Tapi, akhirnya, dia menolak tawaran yang disebut-sebut bernilai US$ 750 juta atau sekitar Rp 6,97 triliun. Pasalnya, Zuckerberg menganggap harga itu terlalu murah. Saat itu, dia memperkirakan nilai Facebook US$ 2 miliar.
Pada April 2006, investor pertama situs ini, yaitu Peter Thiel, Greylock Partners, dan Meritech Capital Partners, menambah investasi di Facebook dengan menyetorkan dana US$ 25 juta. Facebook pun masuk ke India melalui Institut Teknologi India dan Institut Manajemen India. Dua bulan berselang, Facebook terpaksa mengeluarkan duit US$ 100.000 untuk menyelesaikan masalah hak cipta dengan quizsender.com.
Masalah itu membuat dia dan beberapa rekannya terus berbenah. Pada Juli 2006, Facebook memperkenalkan
layanan baru yang bisa memberikan pendapatan tambahan bagi perusahaan. Dengan menggandeng
raksasa komputer, Apple Inc., mereka bekerja sama mempromosikan iTunes. Setiap pekan, iTunes bakal mengirimkan 25 contoh lagu secara gratis kepada pengguna Facebook yang menjadi anggota Apple Student Group.
Tujuan kerjasama ini untuk memperkenalkan iTunes kepada pelajar. Pengguna Facebook menyambut
layanan yang muncul setiap menjelang musim gugur tersebut dengan antusias. Tak pelak, pada pertengahan 2006, situs ini sudah merambah Eropa dan Timur Tengah
Dengan berbagai inovasi dan fitu-fitur baru, situs jejaring sosial Facebook berkembang pesat dalam waktu relatif singkat. Tak hanya di Amerika Serikat (AS), pada akhir tahun 2005, situs ini sudah menjangkau
daratan Eropa, Kanada, dan Australia. Penggunanya tidak hanya mahasiswa di berbagai universitas bergengsi di AS. Facebook juga menjadi “mainan” mengasyikkan buat siswa di sekolah menengah atas.
Di pertengahan 2006, Mark Elliot Zuckerberg mengembangkan situs ini dengan menggandeng raksasa komputer dunia, Apple Inc. Berkat kerjasama ini, Facebook menyediakan berbagai layanan baru. Pada pertengahan Agustus 2006, situs ini menambahkan universitas-universitas di Jerman, dan sejumlah sekolah menengah atas di Israel ke dalam jejaringnya.
Pengembangan situs ini makin cepat setelah peluncuran Facebook Notes. Fitur baru ini merupakan fitur blogging yang memungkinkan pengguna memberikan penanda alias tagging, memasukkan gambar, dan fitur-fitur lainnya. Selain itu, pengguna bisa mengimpor blog dari situs Xanga, LiveJournal, Blogger, dan situs blogging lainnya. Berkat fitur baru tersebut, pembaca bisa memberikan komentar terhadap tulisan yang dimuat pengguna Facebook.
Menginjak bulan September 2006, Zuckerberg membuka layanan Facebook bagi semua pengguna internet. Namun, langkah ini justru menuai protes dari para pengguna dan pelanggan setianya. Alhasil, dua minggu berselang Facebook terpaksa membenahi layanan baru itu dengan membuka pendaftaran bagi pengguna internet yang mempunyai alamat surat atau e-mail yang jelas.
Pada bulan itu pula, manajemen Facebook terlibat pembicaraan serius dengan Yahoo!. Maklum, raksasa jaringan internet itu tertarik dan ingin mengakuisisi situs jejaring sosial “made in Harvard” itu. Saking ngebetnya, Yahoo! mengajukan tawaran akuisisi senilai US$ 1 miliar. Namun, belakangan rencana itu batal terealisasi karena kinerja keuangan Yahoo! di penghujung 2006 anjlok.
Toh, Facebook tetap merupakan sebuah permata yang menarik diburu. Tawaran akuisisi silih berganti datang dan pergi. Apalagi saat salah satu investor pertama situs ini, Peter Thiel, memprediksi pendapatan situs ini pada 2015 nanti bisa mencapai US$ 1 miliar. Nah, pada saat itu, nilai perusahaan pun bakal ikut meroket menjadi sekitar US$ 8 miliar. Hal ini semakin membuat Zuckerberg bersemangat membesarkan Facebook. Seiring semakin mengguritanya jejaring situs ini, dia bersama teman-teman bisnisnya berencana menawarkan pemasangan iklan baris gratis di Facebook. Fitur yang diberi nama Facebook Marketplace ini diluncurkan pada 14 Mei 2007. Layanan baru ini pun langsung menjadi pesaing perusahaan-perusahaan online lain. Ambil contoh Craigslist yang sudah lebih dulu menempatkan iklan baris di situsnya. Bisnis Zuckerberg pun kian mengalir lancar. Bahkan, Apple rela memperpanjang kerja sama dengan Facebook untuk memajang contoh musik iTunes.
Ternyata, meski baru seumur jagung, Facebook tak hanya menjadi target akuisisi. Situs itu juga mampu membeli perusahaan lain, yakni Parakey Inc., dari Blake Ross dan Joe Hewitt, pada Juli 2007. Parakey adalah produsen aplikasi komputer yang mempermudah transfer data berupa tulisan, gambar, dan video ke sebuah situs di internet.
Tak berhenti sampai di situ saja, sebulan berselang, Zuckerberg menggaet Gideon Yu, mantan Direktur Keuangan You Tube, untuk menjadi Direktur Keuangan Facebook.
Pertumbuhan Facebook yang spektakuler itu membuat pendiri Microsoft Inc., Bill Gates, terpesona dan jatuh hati. Buktinya, pada Oktober 2007, raksasa bisnis komputer itu membeli 1,6% saham Facebook seharga US$ 240 juta. Pasalnya, Zuckerberg tidak berniat menjual semua saham Facebook sekaligus. Alasannya sederhana dan sungguh mulia, dia ingin Facebook tetap independen.
Setelah mengundang Microsoft Inc. masuk dengan membeli 1,6% saham Facebook, Mark Elliot Zuckerberg semakin giat mengembangkan usahanya. Pada 7 November 2007, situs ini meluncurkan layanan terbaru berupa pemasangan iklan dengan sistem yang disebut Facebook Beacon. Sistem ini memungkinkan
para penggunanya berbagi informasi mengenai aktivitas yang mereka pilih dengan teman sesama pengguna Facebook.
Fitur ini juga dikenal sebagai Facebook Social Ads atau iklan sosial Facebook. Tentu saja, untuk melindungi
privasi pengguna, Facebook menjamin tidak ada informasi personal milik pengguna yang teridentifikasi oleh para pengiklan di situs tersebut. Artinya, pengguna Facebook hanya bisa melihat dan berbagi informasi dalam iklan sosial yang dibuat oleh teman-temannya sendiri. Inovasi ini membuat triliuner Hongkong, Li Ka-shing, tertarik untuk menanamkan duit senilai US$ 60 juta di Facebook pada 30 November 2007.
Layanan iklan di situs ini terus berkembang. Apalagi, sistem Facebook Beacon juga memungkinkan para pengguna berbagi informasi dari situs-situs lain untuk didistribusikan kepada teman sesama pengguna. Ada sekitar 44 situs yang menggunakan Facebook Beacon. Bahkan situs layanan belanja online terbesar, eBay tertarik menggunakannya. Alhasil, para penjual yang menggunakan eBay bisa memasukkan daftar barang-barang yang mereka tawarkan ke dalam Facebook News Feed.
Sayang, satu bulan berselang, fitur baru ini menuai protes dari para pengguna Facebook. Mereka merasa sistem itu sudah melanggar privasi. Zuckerber pun turun tangan dan minta maaf atas kejadian tersebut. Dia mengakui sistem ini menimbulkan masalah ketika seseorang lupa menolak untuk berbagi, Beacon akan terus bekerja dan otomatis membagi informasi tersebut kepada teman-teman si pengguna. Kini, dia sudah menyempurnakan sistem itu sehingga Beacon bisa dinonaktifkan.
Berbagai inovasi dan respon cepat itu membuat pengguna Facebook terus bertambah. Ada sekitar 60 juta pengguna aktif pada akhir tahun lalu. Jumlah pegawainya sendiri telah mencapai 400 orang. Namun, Facebook adalah perusahaan unik. Asal tahu saja, para eksekutif dan petingginya masih berusia muda, antara 24 tahun-37 tahun.
Dalam sebuah wawancara untuk program bincang-bincang 60 minutes di stasiun televisi CBS, Zuckerberg
menunjukkan kantornya kepada sang pembawa acara, Leslie Stahl. Tidak terlihat aktivitas para pekerja seperti di kantor-kantor pada umumnya. Markas besar Facebook lebih mirip asrama mahasiswa.
Para pegawai, yang setiap hari mendapat jatah makan gratis, bekerja sambil melakukan kegiatan favoritnya.
Ada yang bermain gitar, bersepeda, main pesawat kontrol, atau bergoyang ditemani musik racikan seorang disc jockey (DJ). Mereka juga tak perlu berpakaian rapi. Celana pendek dan sandal jepit adalah kostum favorit mereka di kantor. Zuckerberg mengaku ogah suasana kantor yang terlalu formal.
Meski sudah mampu menghimpun harta kekayaan hingga US$ 3 miliar atau sekitar Rp 27,9 triliun, dia bukanlah tipe orang yang mudah membelanjakan duit untuk barang-barang bermerek. Zuckerberg tetap tampil apa adanya, seperti pemuda kebanyakan yang menggemari pakaian santai. Dia juga masih tinggal di apartemen tipe studio dengan perabotan seadanya: selembar kasur yang diletakkan begitu saja di atas lantai dan dua buah kursi.
Stahl, dalam wawancara 60 minutes, menyebut Facebook sebagai ‘The New Google’. Artinya, Zuckerberg dan pendiri Facebook lainnya bisa disetarakan dengan pendiri Google Inc., yaitu Larry Page dan Sergei Brin. Maklum, situs ini tak butuh waktu lama untuk menjadi salah satu ikon dunia internet. Bahkan, para analis memperkirakan nilai perusahaan Facebook sudah melonjak jadi US$ 15 miliar. Toh, Zuckerberg belum tertarik menjual sahamnya di lantai bursa.
sumber : Harian Kontan (13 – 16 Februari 2008) – Hari Widowati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar